Kamboja: Sirik Matak 1975



Budiman yang terhormat dan sahabat

Saya berterima kasih tulus atas surat anda dan untuk penawaran anda untuk membawa saya menuju kebebasan. Sayangnya, saya tidak bisa membiarkan menjadi pengecut.

Sedangkan bagi anda dan khususnya untuk negara yang besar, saya tidak pernah percaya anda akan memiliki sentimen meninggalkan orang yang memilih kebebasan. Anda telah menolak kami dalam perlindungan anda dan kami tidak bisa apa-apa. Anda meninggalkan kita dan itu adalah keinginan saya, bahwa anda dan negara anda akan menemukan kebahagiaan dibawah langit.

Tapi tanda baik bahwa, kalau aku mati disini di tempat dan di negara yang saya cintai, itu terlalu buruk karena kita semua lahir dan harus mati suatu hari. Saya hanya melakukan kesalahan dengan percaya di dalam kamu, Amerika.

Harap menerima, Mulia, Sahabat, setia saya dan sentimen ramah.
Sirik Matak.


Phnom Penh Evakuasi 1975 top

17 April 1975 Phnom Penh total jatuh ke tangan Khmer Rogue. Pangeran Sisowath Sirik Matak (wakil Perdana Menteri), menolak evakuasi yang ditawarkan duta besar Amerika John Gunther Dean, kecuali Saukham Khoy, yang lain juga menolak. 12 April personil kedutaan Amerika Serikat dievakuasi dengan helikopter, sedangkan Lon Nol pada 1 April 1975 sukses melarikan diri ke Hawai, ia juga sudah mengundurkan diri dari jabatannya. 21 April 1975 Long Boret (PM Kamboja 1973-1975), Pangeran Sirik Matak (61) dan anggota lain yang tersisa di eksekusi.

Sirik MatakSisowath Sirik Matak (22 Januari 1914 - 21 April 1975) Pada tahun 1941, Perancis lebih berat untuk memilih Sihanouk sebagai Raja Kamboja, bukan Sirik Matak, dengan harapan bisa dikendalikan demi mendukung kepentingan Perancis, harapan ini ternyata salah, Sihanouk justru bertindak sebaliknya.

Long Boret
Photo: Alan Rockoff

"Long Boret menolak evakuasi. Dia adalah seorang pria, mampu berkompeten.Jauh lebih muda dari Lon Nol atau Sirik Matak. Ketika saya pribadi menemuinya pada pagi hari 12 April saat evakuasi, kami meminta dia beserta istrinya dan anak-anak keluar dari Phnom Penh karena saya khawatir akan keselamatannya,dia berterima kasih, tapi katanya: hidupnya tidak dalam bahaya"
- Charles Stuart Kennedy 6 September 2000: wawancara kepada John Gunther Dean - Duta Besar AS untuk Kamboja (1974-1975)

"Sebuah Citroen hitam berhenti dan Long Boret keluar, matanya bengkak dan merah, ekspresi wajahnya kosong, kami menanyakan kepadanya bagaimana ia, dia bergumam..kalimat pendek., pikiran-nya di tempat lain ,. linglung kaki bergoyang-goyang, ia menyerah kepada Khmer Merah dan bergabung masuk bersama tahanan .."
"Aku tidak gagal untuk mengagumi keberaniannya."

- Swain, 1995, p144

Lon Nol Presiden:
14 Mar 1972 - 12 Apr 1975: Lon Nol
1 Apr 1975 - 12 Apr 1975: Saukham Khoy - Bertindak untuk Lon Nol
12 Apr 1975 - 17 Apr 1975: Sak Suthsakan - Ketua Komite Tertinggi

Ambassador Dean Duta Besar John Gunther Dean, kedatangan di Thailand

Saukham Khoy 12 April 1975 - Saukham Khoy - onboard, USS Okinawa.

Paris 1973 top

Nixon dan Kissinger punya harapan terahir untuk menyelamatkan Kamboja dalam Perjanjian Paris 1973, hitungan mereka kalau gencatan senjata terjadi antara Amerika - Vietnam - Utara, secara langsung Khmer Rogue juga akan tunduk dalam perjanjian ini. Kenyataannya ternyata sebaliknya, merasa dikhianati oleh sekutunya mereka segera memutuskan hubungan dengan Vietnam dan bersumpah untuk berjuang sendiri menghabisi Lon Nol sampai perang terahir. Segera wilayah-wilayah penting Kamboja yang sebelumnya diduduki oleh Vietnam diambil alih, andil Vietnam jelas besar disini, mereka mengambil keuntungan, tapi mereka menolak dan menyatakan kemenangan ini murni perjuangan mereka. Selamat dan benci oleh pemboman, Khmer Rogue sekarang fanatik ditambah dukungan Sihanouk membuat mereka menjadi segera besar.

Kampanye B-52 telah berahir, sekarang Lon Nol harus berjuang sendiri.

Bagi Khmer Merah penghianatan Vietnam juga membawa keuntungan, mereka tinggal meneruskan keberhasilan pengepungan Phnom Penh yang dilakukan Vietnam, memanfaatkan momentum penarikan pasukan Amerika di Saigon serta penghentian kampanye carpet bombing b-52 pada 1973, sehingga mereka bisa mendeklarasikan bahwa kemenangan ini adalah murni milik kami dan didukung rakyat.

Pandangan dan Opini:
Surat Sirik Matak, sepertinya tidak hanya ditujukan untuk rakyat Kamboja dan merasa harus menanggung penderitaan bersama, tapi lebih dari itu, lebih tepat untuk Nixon - Kissinger dan rakyat Amerika. Merasa kecewa, putus-asa, tertipu dan seperti ingin menyampaikan pesan:
"lihat anda menghianati kami,, lebih baik kami mati di tangan Khmer Merah daripada harus hidup memalukan di tangan sahabat penghianat"

Walaupun mereka membenci Sihanouk, kalau mereka tahu pada ahirnya akan seperti ini kemungkinan bisa saja mereka akan menunda untuk menyokong kebijakan Amerika dalam waktu dekat, mempertahankan Kamboja netral. Sambil melihat keadaan, membiarkan Amerika menarik diri dan berperang sendirian dengan Vietnam Utara. Salah langkah dan kemungkinan yang paling jelek, boleh jadi Amerika di Saigon akan dipermalukan seperti Perancis di Dien Bien Phu.

Sedangkan bagi mereka yang melarikan diri tidak perlu berkecil hati untuk apa-apa tentang pahlawan atau bukan. Mereka sudah melakukan yang semestinya, cara cerdas untuk melawan penguasa cerdas, seperti banyak orang bilang: "like father, like son."

Setiap kali berbicara tentang perang sebagian besar politisi, pejabat, wartawan, pakar politik, atau orang biasa pada umumnya akan menyebutkannya dengan cara perang mereka sendiri..
"Kalau sejarah ditulis oleh para pemenang, maka cerita rakyat adalah kesaksian dari yang kalah."
- Ham Tran - Vietnam American film writer | editor | director       tag: 1975
top